09 Juni 2009

Jelajah Bromo-Surabaya-Bandung

Jelajah ini adalah salah satu perjalanan yang tak bisa dilupakan. Sebab, ini adalah pertama kali aku pergi tanpa "pemandu" atau seseorang yang tahu jalan. Apalagi aku pergi bersama tiga orang teman Korea yaitu Sua, Mina, dan Miseon. Bisa dibilang perjalanan ini agak nekat karena hampir tanpa persiapan dan tanpa peta! Kami cuma bermodal arahan via telepon dari Jiyi, seorang teman backpacker, yang kira-kira isinya begini "dari bandara Juanda, Surabaya, naik damri ke terminal. Trus naik bis ke Probolinggo sampai mentok! Ganti naik angkot sampai Bromo. Nah, di sana banyak penginapan. Ratenya mulai Rp70.000;/ malam. Tinggal pilih. OK! Hati-hati di jalan ya!" Klik. Tut... tut... tut.

Kami pun berangkat ke Surabaya menggunakan pesawat Lion Air, penerbangan pertama dengan harga tiket Rp567.000/ orang (PP, harga promo). Take off sekitar Pk.06.30 WIB dan tiba di Surabaya sekitar Pk.08.00 WIB. Begitu turun dari pesawat, kami segera ke pusat informasi untuk menanyakan transportasi alternatif ke Bromo. Tak perlu menunggu bagasi karena hanya membawa satu ransel plus daypack saja. Praktis. Ternyata di bandara ada fasilitas shuttle bus langsung ke Bromo dengan tarif berkisar Rp1.500.000;-Rp2.000.000;/ bis untuk sekali jalan. Oleh karena budget kami yang tidak cukup, akhirnya kami kembali ke rencana semula, naik transportasi umum.

Di pintu keluar bandara Juanda, ada loket bagian bis Damri yang langsung ke Terminal Buyer Asih dengan tarif Rp10.000;/ orang berangkat pada Pk.09.00 WIB. Sebelum masuk ke terminal, kami dikenakan retribusi sebesar Rp200;/ orang. Dalam terminal yang mirip Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, ini terdapat banyak bis plus kenek yang cukup agresif yang siap sedia menarik perhatian para calon penumpang untuk naik bis mereka. Walaupun kami memesan tiket bis AC seharga Rp25.000;/ orang, namun pada kenyataannya hanya Angin Cepoi-Cepoi (AC) saja ditambah dengan fasilitas TV yang memutar video dangdut. Aduhay... Goyang teruuuus!!!! ;p Sepanjang perjalanan ke Terminal Probolinggo, yang memakan waktu sekitar 4 jam itu, banyak sekali pengamen yang naik turun ke dalam bis. Jadi, sebaiknya kita menyiapkan uang receh untuk berjaga-jaga. Di kiri kanan jalan tampak rumah penduduk, warung-warung, serta sawah. Sering kami jumpai sapi-sapi di sekitar lapangan yang berdekatan dengan sawah.

Kami tiba di tujuan terakhir pada pukul 1 siang. Setelah membayar retribusi terminal seharga Rp200;/ orang, kami menuju terminal khusus ke arah Bromo yang letaknya bersebelahan dengan Terminal Probolinggo. Jenis angkot yang ke Bromo mirip Elf yang di Bandung. yang memuat sekitar 10-12 orang dengan tarif Rp12.500;/ orang sampai ke penginapan. Selain jumlah angkot yang sangat sedikit, jam keberangkatan tergantung dari penuh atau tidaknya penumpang. Menurut sopir angkot itu, setidaknya memakan waktu sekitar 2 jam agar seluruh bangku penumpang terisi dan angkot pun bisa berangkat ke Bromo. Hal tersebut mereka lakukan demi penghematan bahan bakar, agar tidak merugi. Demi menghemat waktu, kami dan 3 orang turis asal Belanda memutuskan mencarter angkot tersebut seharga Rp25.000;/ orang dan diantar langsung ke penginapan yang memakan waktu sekitar 2 jam.

Ada banyak pilihan hotel di Bromo. Dari yang rate Rp50.000 sampai di atas Rp300.000;. Namun, sayangnya penginapan yang berharga Rp50.000;-Rp70.000; tidak memiliki kamar mandi dalam, jadi harus bergantian dengan tamu lain. Kami lalu memutuskan menginap di Hotel Cemara Indah dengan rate Rp250.000;/ malam untuk 4 orang. Hotel yang pemandangannya langsung mengarah ke 3 rangkaian pegunungan, Gunung Semeru, Gunung Bromo, dan Gunung Batok. Indah sekali! Udara pun terasa dingin, namun menyegarkan!! ^_____^

Pihak hotel pun menawarkan sewa jip untuk rencana esok hari seharga Rp250.000;/ jip yang bisa diisi 6-7 orang. Jalurnya adalah ke Gunung Pananjakan untuk melihat matahari terbit, lalu bertolak ke Gunung Bromo, dan kembali ke hotel. Pihak hotel pun membangunkan kami pada Pk.03.00 WIB untuk persiapan dan berangkat pada Pk.03.30 WIB. Jarak yang ditempuh dari hotel sampai ke Panajakan membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Suasana sunyi dan sepi dibalut kegelapan malam yang tanpa cahaya. Namun, satu hal yang membuatku sangat terpesona adalah hamparan bintang-gemintang di langit yang tampak bagai mutiara bertaburan. Banyak sekali dan sangat mengangumkan! Berulang kali kami meminta agar sopir jip menepi sejenak agar kami dapat memandang bintang. Pada beberapa titik dalam perjalanan kami menuju Pananjakan, sopir jip berhenti sejenak. Mengeluarkan tangan atau kepalanya melalui jendela mobil, menengok ke kanan, lalu menyenandungkan sebuah doa-doa kepada dewa. Saat aku bertanya kepada sopir, apa yang ia lakukan, ia bilang itu sebagai salam untuk masuk ke Bromo kepada dewa-dewa. Jalan menuju Pananjakan berkelok-kelok dan menanjak seperti jalanan menuju Puncak. Tapi bedanya, di tempat ini suasana sangat gelap dan kita tidak bisa melihat apa-apa selain jalanan yang terkena lampu sorot mobil.

Kira-kira Pk.04.30 WIB kami tiba di Gunung Pananjakan. Wah, suasana sudah sangat ramai dengan jip-jip dari wisatawan lainnya. Kala itu selain turis lokal, banyak juga turis yang berasal dari Jepang, Korea, Amerika, hingga negara-negara di Eropa. Tak disangka, udara di daerah itu sangat dingin. Bahkan membuat tangan dan hidungku mati rasa! Padahal aku sudah menggunakan pakaian 3 lapis plus jaket tebal. Namun tetap saja gigi gemerutuk karena dingin. Maka kami pun menyewa jaket sangat tebal yang dijajakan para penyewa jaket seharga Rp10.000;/ jaket yang dikembalikan setelah turun dari gunung.

Di kaki gunung Pananjakan terdapat banyak toko-toko kecil yang menjual benda-benda tradisional. Banyak pula warung makan yang menyediakan nasi, mie, serta kopi bagi para pengunjung. Ada juga yang berjualan jaket, syal, dan sarung tangan. Setelah mampir sejenak ke dalam warun gkopi, kami pun berangkat ke area untuk melihat matahari terbit. Tempatnya berada sekitar 200 meter ke atas yang ditempuh dengan berjalan kaki. Sesampainya di atas, wah... super dingin sekaliiii!!! Kata Sua bahkan sama seperti musim dingin di Korea!! Tanganku beku, hidung juga rasanya seperti mau copot. Brrrr....

Di saat seperti itu, aku menyadari bahwa baterai kameraku habis. Mau men-charge di hotel, namun sayang sekali di kamar tidak ada colokan listrik. Untungnya, tiba-tiba muncul penjual baterai kamera yang menjual baterai AA seharga Rp10.000;/ buah. Walaupun harganya lebih mahal, namun rasanya tertolong sekali. Syukurlah... ^___^

Semua orang, dari berbagai suku bangsa berkumpul bersama untuk memandang matahari terbit yang konon kabarnya sangat indah jika dilihat dari Pananjakan. Di utara adalah Gunung Semeru sedangkan di sebelah kanan adalah Gunung Bromo. Sekitar Pk.05.00-Pk.06.40 WIB perlahan-lahan matahari mulai muncul. Orang-orang pun bersorak kegirangan. Namun sayang, pagi itu kabut tampak menguasai pegunungan, jadi bias cahaya agak tertahan dan tak bersinar dengan maksimal. Setelah matahari meninggi, semua orang bersiap kembali ke jip masing-masing dan menuju ke pemberhentian berikutnya, Bromo. Kendaraan pun seperti sedang berkonvoi, meninggalkan Pananjakan yang bersinar pagi ini.

Kira-kira 30-45 menit kemudian kami tiba di Gunung Bromo. Di sana sudah menanti para penunggang kuda yang siap menyewakan kudanya dari kaki gunung hingga atas Gunung Bromo. kembali lagi ke bawah dan memutari pura yang berada di lembah Gunung Bromo. Harga sewa kuda bervariasi mulai dari Rp40.000;-Rp75.000;. Pintar-pintar kita menawar. Untungnya kami mendapatkan harga sewa Rp40.000;/ kuda. Kudaku berwarna putih, imut sekali... dan mengingatkanku pada impian para gadis, bertemu pangeran berkuda putih. Hehehe. Namun, bagi yang tidak ingin naik kuda, perjalanan pun bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Tapi, lumayan juga jalannya... menanjak dan di sisi kanan adalah jurang... Wew... Jadi harus hati-hati. Kira-kira 10-15 menit naik kuda, kami pun tiba di titik pemberhentian pertama. Hanya sampai di sini kuda bisa menanjak ke gunung Bromo, untuk melanjutkan pendakian kita harus naik meniti anak tangga untuk melihat kawah gunung Bromo yang kaya akan belerang. Hati-hati, setelah sampai di atas jangan menghirup nafas dalam-dalam karena aroma belerangnya sangat menyengat!! Bisa batuk-batuk dan sesak nafas kalau terlalu banyak mencium bau belerang. Uhuk uhuk...

Kami berada di atas sekitar satu jam. Ternyata kami bertemu lagi dengan turis asal Belanda teman seperjalanan kemarin saat menuju penginapan. Mereka terdiri dari ibu dan dua anak, perempuan dan laki-laki. Rencananya setelah dari Bromo mereka akan menuju Bali. Matahari pun mulai beranjak naik. Kami memutuskan turun dan berputar sebentar di puri Bromo menggunakan kuda yang telah kami carter. Maksud hati masuk ke dalam puri, apa daya purinya dikunci dan hanya dibuka saat ada acara keagamaan. Jadi kami hanya berpose di pagarnya saja, hehehe. Di sekitar kaki gunung dan puri ada banyak penjual bunga Edelweis. Harganya berkisar antara Rp5.000-Rp20.000;/ buket. Jangan lupa untuk menawar, beli dua buket bisa turun harga menjadi Rp4.000;. Bahkan buket yang penataannya kurang rapi harganya bisa jatuh menjadi Rp2.000;/ buket.


Waktu menunjukkan Pk.09.30 WIB, kami pun diajak kembali ke hotel oleh sopir jip yang kami carter. Sebenarnya jip disewa hanya sampai Pk.09.00 WIB dan itu sudah harus kembali ke hotel. Tapi untung saja sopir jipnya baik sekali, jadi kami dapat ekstra 1 jam dan tidak diminta biaya tambahan. Tipsnya hanya satu, yaitu harus ramah dengan sopir jip ^_____^. Ajak ngobrol, tanyakan kabar keluarganya, dan bersikap sopan, dengan begitu dia akan ikhlas mengantar kita dan sekalian menjadi tour guide yang mau menjelaskan setiap tempat dengan detail. Pemandangan sepanjang perjalanan kembali ke hotel pun sangat indah. Dengan ramah sopir jip memberitahukan kami spot foto yang paling indah dengan latar belakang gunung Bromo dan gunung Batok.

Kami tiba di hotel sekitar Pk.10.30 WIB, langsung menuju cafe hotel untuk makan pagi. Di cafe kami dihampiri oleh seorang bapak yang menawarkan carter mobil dari hotel ke Surabaya seharga Rp600.000; termasuk biaya tol, bensin, dan sopir, plus dicarikan hotel murah di Surabaya. Oleh karena terlalu mahal, kami pun menawar menjadi Rp400.000; dengan embel-embel "maklum, pak, anak sekolah..." ditambah wajah memelas. Hehehe ;p. Untung bapak itu baik, jadilah beliau setuju dengan harga Rp400.000;. Kami pun check out dari hotel pada Pk.12.00 WIB menuju Surabaya. Bagi teman-teman yang ingin naik angkot, jangan khawatir, sebab angkot akan menjemput para penumpang dari hotel ke hotel. Namun, biasanya mereka ada hanya saat pagi, menunggu penumpang, dan berangkat ke terminal Probolinggo setelah selesai jam makan siang. Jadi jangan sampai ketinggalan.

Perjalanan kami dari Bromo ke Surabaya terasa lebih nyaman dan cepat. Sore hari sekitar Pk.15.00 kami sudah tiba di hotel Tanjung Indah, Surabaya dengan rate Rp150.000;/ malam dengan twin bed dan makan pagi untuk dua orang yang langsung di antar ke kamar. Kami pun tinggal menambah satu extra bed seharga Rp30.000/ bed plus makan pagi untuk 1 orang. Kamarnya cukup bersih plus fasilitas TV, kulkas, lemari, meja kerja, dan bath tube. Hotel ini terletak di pusat kota dan dekat dengan Tunjungan Plaza, pusat perbelanjaan paling besar dan populer di Surabaya. Plaza ini terletak di jalan Basuki Rachmat hingga jalan Embong Malang. Perjalanan dari hotel ke Tunjungan Plaza pun dapat dicapai dengan jalan kaki sekitar 15 menit, bisa lewat jalan raya atau memotong jalan. Bila belum tahu jalan, tinggal bertanya ke polisi yang berseliweran di jalanan. Para polisi di Surabaya sangat ramah dan siap sedia membantu warganya. Jangankan polisi, satpam gedung, tukang parkir, penjual makanan, dan sopir angkot sangat ramah pada kami. Di Tunjungan Plaza, selain Matahari Department Store, di Tunjungan Plaza pun ada gerai Adidas, Guess, Banana Republic, ZARA, Starbucks, Coffee Bean, McD, Sogo, Raoul, GAP, jaringan bioskop 21, Gramedia, hingga butik-butik berkelas. Lengkap sekali!! Harganya pun jauh lebih murah dari harga di Jakarta. Apalagi saat itu sedang ada sale besar-besaran!! Hohoho. Sebenarnya kami mau berbelanja, namun sayang sekali tas kami sudah penuh dan tidak muat barang sekecil apapun lagi. Maklum, hanya membawa satu ransel dan daypack. Hikz. Jadilah setelah makan siang di McD, kami lanjutkan dengan wisata kuliner makanan tradisional Surabaya yang tersebar di sekitar plaza. Harganya pun miring sekali!! Contohnya saja harga bakso tusuk Rp50;/ buah. WOW!!!! Makan kenyang berempat hanya habis Rp2.000;!! Hohoho. Menyenangkan sekali!! hehehe.

Ada kejadian lucu saat kami berjalan-jalan di kota ini, yaitu jika ingin menyebrang jalan, kami harus memencet sendiri tombol lampu lalu lintas agar berubah dari hijau menjadi merah. Pantas aja, hampir 10 menit kami menunggu di samping lampu lalu-lintas, tapi lampunya tak kunjung berganti menjadi merah, hijau terus. Mau menerobos jalan, tapi kendaraan yang lewat amat sangat kencang, semua dengan kecepatan tinggi. Wew, berbahaya. Tak lama, seorang satpam gedung di belakang kami keluar dan memberitahu cara menyebrang jalan. Benar-benar baik sekali... ^_____^. Walau begitu, ada satu hal yang membuatku bertanya-tanya. Yaitu ketika aku menggunakan payung pada siang hari karena cuaca di Surabaya sangat panas, matahari pun sangat terik, entah mengapa semua orang pasti melihat ke arahku dan tertawa geli. Bukan hanya satu, dua orang, tapi semuanya!! Bahkan ada pengendara yang menyempatkan diri berhenti dan bertanya "hujan ya, mbak?? hahaha". Tukang-tukang las ban juga ikut berteriak-teriak melihat aku yang memakai payung. Jangan-jangan hal ini tidak lazim ya?? Ternyata beda budaya dengan penduduk Jakarta, panas dan hujan pasti menggunakan payung.

Waktu yang sangat singkat di Surabaya ini, hanya satu malam, membuat kami sulit untuk mengunjungi tempat lain selain Tunjungan Plaza dan sekitarnya. Sebab besok siang kami sudah harus ke bandara dan kembali ke Jakarta. Malamnya pun hanya kami lalui di kamar hotel sambil menonton TV dan tentu saja, tidur... zzZZz.

Pagi-pagi sekitar Pk.07.00 WIB petugas hotel membawakan makan pagi ke kamar kami. Nasi goreng tiga piring plus teh manis tiga gelas. Untung saja kalau pagi makan kami sedikit, jadi jatah makan tiga orang kami lebur dalam satu piring dan dimakan berempat. Hehehe. Pk11.00 WIB kami pun check out dan langsung menuju bandara Juanda menggunakan taksi selama kira-kira 20 menit untuk naik penerbangan Pk.13.00 WIB. Namun ternyata pesawat kami delay karena alasan teknis. Jadilah kami menunggu di bandara hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Sebab, para penumpang yang seharusnya sudah berangkat Pk10.00 WIB juga terkena delay sehingga baru bisa berangkat pada Pk.13.00. Penumpang Pk.13.00 pun harus menunggu penerbangan berikutnya yang dijadwalkan sore hari. Astaga!! Kami pun menjadi lemas sebab tak ingin terlalu malam tiba di Jakarta. Namun, Tuhan berbaik hati pada kami. Beberapa menit sebelum pesawat berangkat, beberapa orang petugas maskapai datang dan mengumumkan free seats bagi yang tidak memiliki bagasi. Dengan kata lain para penumpang yang tidak memiliki bagasi dapat langsung memasuki pesawat menuju Jakarta. Dengan disigap aku segera berlari menuju petugas seraya berkata "free seats 4 orang..". Baru saja selesai berkata itu, aku langsung diserbu para penumpang yang berebutan ingin naik. Untung saja petugas menarik tanganku dan mendahulukan kami. Namun, ternyata free seats hanya berlaku untuk penumpang yang seharusnya berangkat Pk.10.00 WIB sedangkan tiket kami adalah Pk.13.00 WIB. Akan tetapi, situasi yang membuat pengaturan penumpang harus secepat mungkin, petugas pun mengizinkan kami masuk ke dalam pesawat. Fiuh... syukurlah!! Alhamdulillah.

Sekitar Pk.15.00 WIB kami tiba di Jakarta. Perut lapar karena tak sempat makan siang membuat kami mampir di salah satu kedai makanan Indonesia di bandara. Setelah itu bergegas ke tempat pembelian tiket bus Damri menuju terminal Kampung Rambutan. Lalu menuju ke rumah dan kos masing-masing sebelum melanjutkan perjalanan esok hari menuju Bandung.

Sekitar Pk.08.00 WIB kami berkumpul di rumahku untuk persiapan berangkat ke Bandung. Atas kebaikan hati papa dan mama, mereka pun meminjamkan mobil beserta sopir, mensubsidi biaya tol, sopir, dan bensin. Berkat relasi mamaku yang berteman baik dengan Kepala Panti Tuna Netra Wiyataguna-Depsos Bandung, kami pun diizinkan menginap gratis di guest house panti itu. Wah, benar-benar beruntung! "Terima kasih, ma dan pa!! Juga kepala Panti Tuna Netra Wiyataguna". Setelah dua jam perjalanan, kami tiba di Bandung, tepatnya di guest house panti. Walau tak bertemu dengan Kepala Panti sebab beliau sedang dinas luar kota, kami beramah-tamah dengan para pegawai panti. Kami juga erkenalan dengan seorang bapak penjaga guest house yang berbaik hati menjadi guide kami selama di Bandung.

Pertama-tama kami berangkat menuju Museum Geologi Bandung. Di museum ini tersimpan benda-benda geologi seperti fosil dinosaurus, meteor, kerang, stalagtit-stalagmit, tengkorak mausia, dan batu-batuan, yang dikumpulkan di Indonesia sejak tahun 1850. Museum yang didirikan sejak 16 Mei 1928 ini tidak memungut biaya masuk bagi para pengunjung. Buka setiap hari Pk.09.00-Pk.15.00 WIB dan libur pada hari Jumat. Setelah puas berkeliling di Museum Geologi, kami lalu makan siang di Youghurt Cisangkuy yang terletak tak jauh dari Museum Geologi, berhadapan dengan Taman Lansia. Tempat makan ini terkenal akan youghurtnya yang enak dan murah yaitu Rp9.500. Youghurtnya pun tersedia dalam berbagai rasa seperti coklat, anggur, leci, stoberi, dan mocca. Hmmm... segaaar!! Selain itu ada juga makanan yang mengenyangkan perut seperti burger, empek-empek, dan siomay.

Perut kenyang, semangat pun berkobar lagi. Kami melanjutkan perjalanan ke Maribaya, sebuah objek wisata alam yang terletak 7 km dari Lembang. Maribaya adalah nama seorang gadis yang sangat cantik. Saking cantiknya sehingga banyak pemuda kampung yang memperebutkan hatinya. Oleh karena kecantikan putrinya, ayah Maribaya pun menamakan tempat ini Maribaya, sebab tempat ini dulunya sangat indah. Di objek wisata ini terdapat air terjun Maribaya yang berasal dari Curug Omas. Untuk masuk ke objek wisata ini, kami membayar Rp1.500;/ orang. Sebelum menemukan air terjun Maribaya, kami harus melewati jembatan panjang berwarna kuning. Setelah menemukan air terjun, kami pun melanjutkan treking menuju Taman Hutan Raya Insinyur Juanda untuk berkunjung ke Gua Belanda dan Gua Jepang.

Sepanjang jalan menuju Gua Belanda dan Jepang kami disuguhi pemandangan eksotis berupa pohon-pohon, hutan, dan sungai yang mengalir di lembah. Beberapa kali pun kami berpapasan dengan para penduduk yang sedang mengangkat kayu bakar, atau penduduk yang sedang menunggang kudanya. Wow!! Namun, setelah berjalan kaki selama lebih dari dua jam, kami belum juga sampai ke tempat yang ingin kami tuju. Kami pun sering tertinggal jauh dari guide kami yang berjalan cepat sekali. Hampir 3 jam kami berjalan baru menemukan Gua Belanda.










Berikut ringkasan perjalanan dan biayanya:


# Hari 1 (Sabtu, 21 Juli 2007)

1. Pesawat Surabaya-Jakarta-Surabaya: Rp567.000;/ orang
2. Pajak bandara: Rp30.000;/ orang
3. Damri ke Terminal Buyer Asih: Rp10.000;/ orang
4. Retribusi terminal: Rp200;/ orang
5. Bis ke Terminal Probolinggo: Rp25.000;/ orang
6. Retribusi terminal: Rp200;/ orang
7. Carter angkot ke Bromo sampai hotel: Rp25.000;/ orang
8. Hotel Cemara Indah, Bromo: Rp250.000;/ kamar/ malam (untuk 4 orang plus kamar mandi dalam dan pemanas air+ makan pagi untuk 4 orang).
Jadi masing-masing Rp62.500;/ malam/ orang
9. Makan sore: sekitar Rp15.000/ orang

Total biaya hari pertama: Rp734.900;


# Hari ke-2 (Minggu, 22 Juli 2007)

1. Sewa jip dari hotel-Pananjakan-Bromo-hotel: Rp250.000;/ jip.
Jadi masing-masing Rp62.500;/ orang
2. Tiket masuk ke Bromo: Rp6.000;/ orang (turis lokal) dan Rp25.000;/ orang (turis mancanegara)
3. Sewa jaket untuk di Pananjakan: Rp10.000;/ orang
4. Baterai AA untuk kamera: Rp20.000/ 2 buah
5. Naik kuda dari kaki gunung Bromo sampai Bromo: Rp40.000;/ kuda
6. Cinderamata bunga Edelweis: Rp8.000;/ 2 buah
7. Carter mobil Kijang Bromo-Surabaya (sampai hotel): Rp400.000;/ mobil.
Jadi masing-masing Rp100.000;/ orang
8. Makan siang di warung: Rp10.000;
9. Hotel Tanjung Indah, Surabaya: Rp150.000;/ malam (twin bed, bath tube, AC, TV, makan pagi untuk 2 orang).
Extra bed di Hotel Tanjung Indah, Surabaya: Rp30.000;/ extra bed plus makan pagi untuk 1 orang.
Total hotel: Rp180.000;/ malam, jadi masing-masing Rp45.000;/ orang
10. Makan malam: Rp15.000;/ orang

Total biaya hari ke-2: Rp306.500;


# Hari ke-3 (Senin, 23 Juli 2007)

1. Makan pagi di McD Tunjungan Plaza: Rp25.000;
2. Taksi dari hotel-bandara Juanda: Rp60.000;. Jadi masing-masing Rp15.000;/ orang
3. Pajak bandara Juanda: Rp30.000;/ orang
4. Makan sore di bandara Soekarno Hatta: Rp15.000;
5. Damri bandara- Terminal Kampung Rambutan: Rp15.000;/ orang
6. Angkot dari Terminal Kampung Rambutan ke rumah: Rp2.000;

Total biaya hari ke-3: Rp102.000;


# Hari ke-4 (Selasa, 24 Juli 2007)

1. Tol Jakarta-Bandung (keluar Tol Pasteur): Rp37.500; (GRATIS)
2. Biaya bensin: Rp150.000; (GRATIS)
3. Biaya sopir: Rp100.000; (GRATIS)
4. Guest house di Panti Tuna Netra Wiyataguna-Depsos, Bandung: GRATIS
5. Makan siang: Rp10.000;
6. Guide Bandung: Rp50.000;/ 1,5 hari. Jadi masing-masing Rp12.500;
7. Museum Geologi: GRATIS
8. Makan siang di Youghurt Cisangkuy: Rp25.000;
9. Maribaya: tarif masuk Rp1.500;/ orang
10. Masuk Taman Hutan Raya Ir. Djuanda (Gua Belanda dan Gua Jepang): Rp3.000;/ orang
11. Sewa senter: Rp10.000;/ buah. Dibagi 4 jadi Rp2.500;/ orang
12. Guide gua: Rp5.000;/ orang. Dibagi 4 jadi Rp1.250;/ orang
13. Makan malam: Rp15.000;

Total biaya hari ke-4: Rp70.750;


# Hari ke-5 (Rabu, 25 Juli 2007)

1. Makan pagi: Rp10.000;
2. Taksi dari guest house ke Terminal Bis Leuwi Panjang, Bandung: Rp20.000;
Jadi masing-masing Rp5.000;/ orang
3. Bis Bandung-Terminal Kampung Rambutan, Jakarta: Rp40.000;/ orang
4. Angkot dari terminal ke rumah: Rp2.000;

Total biaya hari ke-5: Rp57.000;

#TOTAL biaya keseluruhan: Rp1.271.150;

(*Ranny Rastati Chibi, a life time learner)

2 komentar:

  1. ntu mah bukan backpack Chib..
    satu jeti bow,,hehehehhehe..
    btw, emang dkau prnah dapet instruksi lewat telpon yak dari eke??prasaaan eke cuma sms aja deh.. ;p

    BalasHapus
  2. wooww...fantastis...

    bagus bgt gambarnya..cp yg potret..
    tiket msk bromo klo th 2010 kira..brapa..ya??

    BalasHapus